Apa makna Sabtu Sunyi?
Sabtu Suci dalam agama kristiani maupun katolik, adalah sabtu sunyi atau sabtu sepi (bahasa Latin: Sabbatum Sanctum – “Hari Sabat Suci”) adalah hari setelah Jumat Agung dan sebelum Minggu Paskah. Ada juga yang menyebut sebagai malam Paskah dapat juga disebut dengan vigili Paskah. Vigili berasal dari kata bahasa Latinvigilis yang artinya berjaga-jaga atau bersiap-siap. Karena itu, pada perayaan malam Paskah umat kristiani diminta berjaga-jaga bersama Yesus.
Sabtu Suci merupakan hari terakhir dalam Pekan Suci yang dirayakan oleh orang Kristen sebagai persiapan perayaan Paskah. Hari Sabtu Suci memperingati pada saat tubuh Yesus Kristus dibaringkan di kubur setelah pada hari Jumat Agung mati disalibkan. Keesokan harinya (Paskah) Yesus bangkit dari kematiannya. Sabtu suci merupakan hari dimana, umat kristen atau katolik merenungkan peristiwa-peristiwa menjelang kematian Yesus Kristus melalui penyaliban. Sabtu Suci juga merupakan peringatan berjaga selama 40 hari yang dilakukan oleh pengikut dari Yesus setelah kematian dan dikuburkannya pada Jumat Agung.
Bagi umat Kristen, Sabtu Suci juga menjadi momen untuk merenungkan pengorbanan serta cinta kasih Yesus Kristus. Ini juga menjadi momen peralihan dari peristiwa menyedihkan Jumat Agung menjadi perayaan kemenangan pada Minggu Paskah. Pada Sabtu Suci ini juga menjadi momentum bagi umat Kristen untuk melakukan perenungan dan mengingat kembali bagaimana besarnya kebaikan Tuhan pada umatnya, menyadarkan diri, dan menghabiskan waktu khusus untuk berdoa dan bersama dengan Tuhan Yesus Kristus. Baik berdoa secara individu, bersama keluarga maupun di Gereja.
Dalam sabtu suci ada tiga hal yang dapat direnungkan umat kristiani maupun katolik,
1. Yesus menemani mereka yang kesepian
Kematian merupakan hal yang menakutkan bagi setiap manusia, namun mau tak mau nantinya setiap manusia akan berada diperhentian terakhirnya. Pasti ada rasa takut akan kesepian tersebut, karena itu kesepian adalah pengalaman yang dihindari orang. Tapi Tuhan masuk, ingin dan menyertai kita. Sedangkan akar kesepian adalah Ketakutan ditinggalkan, takut tidak dikasihi, takut terpisah dengan orang yang dicintai. Namun, Tuhan menyertai pengalaman kesepian ini, dan mengisi kekosongan ini sehingga kita umatnya tidak merasa sendiri karena ada penyertaannnya.
2. Allah berbela rasa dengan pengalaman kematian
Dalam kematiannya Yesus ikut merasakan apa yang manusia rasakan, yaitu meninggal dengan tenang dan dengan sakit. Lukas dan Yohanes menuliskan dalam kitab bahwa Yesus meninggal dengan tenang dan damai, sedangkan di kitab Markus dan Matius Yesus meninggal dengan dalam keadaan sakit dan menderita. Hal ini sangat sama dengan apa yang manusia alami, dimana ada yang mati dengan tenang, tapi banyak juga yang mati tidak tenang seperti kecelakaan, dibunuh, mati sendirian. Yesus ingin menemani mereka semua. Intinya mati itu sama pada akhirnya, namun berbeda caranya. Dan itulah mengapa Yesus merasakan keduanya, karena Dia ingin mengerti apa yang kita alami bahkan dia terlebih dahulu merasakan apa yang kita alami sekarang.
3. Kematian bukan akhir
Saat kebangkitannya pada hari ketiga Yesus membuktikan, bahwa kematian itu adalah transit sebelum kebangkitan. Kematian ragawi itu alamiah, tetapi dibangkktkan adalah anugerah, Tuhan selalu ingin agar umatnya bersama dengan DIA, baik yang dalam hidupnya melakukan kejahatan maupun baik. Namun siapapun yang mau menundukan diri dan memohon pengampunannya maka akan diselamatkanNYA. Karena dari itu setelah kematian, akan ada kehidpan kekal yang menanti. Dan Tuhan enggan umatnya berada dikehidupan kekal yang penuh dengan api, Tuhan ingin umatnya berada dalam kehidupan damai sejahtera dan penuh sukacita bersama dengan DIA dalam kerajaan surga. Itulah mengapa Sabtu Suci sangat penting, sebelum menyambut hari raya Paskah. Agar kita dapat merenungkan kebaikan dan pengorbanan yangtelah Tuhan berikan. Dan dapat kembali pada kebenaran akan firmannya, dan menjauhkan diri terhadap dosa.
Sahabat Hoekens marilah kita memaknai Sabtu Suci, bahwa:
By: Leads