021 2215 7991
Jl. Tol Jakarta-Cikampek Km 37
blog-img
04/03/2023

Kepedulian Terhadap Keluarga

Administrator | Kegiatan Guru dan Karyawan

Halo sahabat Hoecken, Bagaimana kabarnya?
Apakah anda bahagia? Biasa saja ? Ataukah sedang bersedih karena mengalami pergumulan yang berat? Mari kita simak yuk pengalaman yang mungkin dapat menginspirasi kita.

Kali ini, saya akan membagikan pengalaman yang di dapat selama hari ini. Sabtu, 4 Maret 2023, kami para guru PG-TK-SD-SMP dan SMA mengadakan kegiatan doa bersama yang bertempat di gedung SMA. Kami mengawali dengan kegiatan doa yang dipimpin oleh Bu Rima dan Bu Modesta. Adapaun tema yang diambil adalah “Kepedulian Kita Terhadap Kesejahteraan Keluarga dan Warga Sekitar” Di kisahkan bahwa dr Juanli dan drg. Lina Noviyanti adalah pasangan suami istri. Keduanya telah mengalami kasih Tuhan dalam kehidupan pribadi sejak sebelum menikah. Kepedulian mereka terhadap sesama diwujudkan dalam profesi mereka sebagai dokter. Nilai-nilai kasih dan persaudaraan dimulai didalam keluarga mereka terutama agar anak-anak pun dapat meneladani. Tantangan pun ditemui dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan sosial dalam membantu masyarakat baik ketika kebutuhan penyediaan APD dan tabung oksigen. Prinsip dalam kehidupan keluarga dan dalam pelayanan masyarakat adalah “Do your best and let God do the rest”. Pegangan mereka dalam Yoh 3:30 (“Dia harus semakin besar dan aku harus semakin kecil.”) Nama Tuhan Yesus yang semakin dipermuliakan.

Makna yang bisa diambil dari kisah tersebut adalah: Cinta kasih antara pasangan suami istri harus didasarkan pada kasih Tuhan yang bekerja dalam diri setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama, dimana nilai-nilai kasih dan persaudaraan, hidup bersama, berbagi perhatian dan kepedulian terhadap sesama dihidupi dan diteruskan. Tantangan hidup berkeluarga pun dialami. Namun Tantangan itu dapat dilalui bersama dengan bersandar pada pribadi Yesus yang mengajarkan untuk mengasihi, mengampuni, dan peduli pada sesama.

Kami diminta untuk sharing bersama dengan kelompok kecil, dengan adanya panduan pertanyaan refleksi:

  1. Dalam kehidupan keluarga anda, tantangan terberat apa yang sudah dan saat ini anda lalui dan hadapi bersama?
  2. Apa yang sudah Anda lakukan untuk menjaga dan membantu keluarga Anda terutama dalam menhadapi tantangan kehidupan?
  3. Apa yang sudah Anda lakukan bersama keluarga dalam membantu warga sekitar?

Kami memaknai bahwa berkeluarga tidak harus berkeluarga dalam arti yang umum, namun kehidupan keluarga terkusus di Sekolah itu juga merupakan contoh nyata.  Salah satu hasil dari kelompok kami adalah tantangan yang terberat adalah komunikasi. Dan cara yang dilakukan adalah dengan terbuka dan mau menyampaikan apa yang sedang dialami. Karena tanpa adanya komunikasi yang baik, biasanya yang ada adalah prasangka dan itu akan membuat sesuatu menjadi tidak nyaman.

            Ahirnya setelah kegiatan doa selesai, kami masih melanjutkan kegiatan yang dipandu oleh Br. Paulus Sumarno. Kami diingatkan untuk merefleksikan “Panggilan menjadi Seorang Guru”. Kami diminta untuk menonton bersama video inspirasi berkaitan dengan pengalaman nyata seorang guru. Dari video tersebut ada beberapa hal yang jika direnungkan sanhat benar, terutama dengan beberapa pertanyaan:

  1. Apakah saya menjadi guru karena pilihan orang tua saya?
  2. Apakah saya menjadi guru karena warisan dari orang tua, yang notabene mereka juga berprofesi sebagai guru, sehingga mengharapkan anaknya menjadi guru juga?
  3. Apakah saya menjadi guru karena iseng-iseng melamar dan diterima?
  4. Apakah saya menjadi guru karena memang panggilan saya?

Kami diminta untuk membagikan pengalaman ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari guru PG-TK-SD-SMP-SMA. Kemudian perwakilan dari kelompok memyampaikan secara garis besar hasil sharing pengalaman kelompoknya. Sebetulnya sharing dari teman-teman banyak, namun syaa mengambil beberapa saja, karena kalo dituliskan semua nanti panjang dan lebar, he.he.he.

Pak Marwoto mensharingkan “Menjadi guru adalah proses mencintai, dimana ketika mencintai tentunya akan memberikan yang terbaik, bukannya meminta saja. Sehingga bagaimana kita bisa mencintai dan melayani anak-anak yang telah dititipkan untuk dididik. Bukanlah hal yang mudah untuk menjadi pendidik, karena kitapun harus bisa mengikuti apa yang sedang menjadi topik pembicaraan anak-anak. Sehingga kita bisa menyatu, meskipun usia yang sudah tidak muda lagi. Sehingga benar sekali kalo menjadi guru kita bisa menjadi awet muda kalo kita bisa menghidupi, karena kita bahagia”

Br. Arnold juga mensharingkan bagaimana pengalaman dia memutuskan hidup membiara menjadi seorang Bruder, yang harus siap ditempatkan dimanapun dan posisi apapun. Mulai dari guru, kepala sekolah dibeberapa sekolah, hingga masa pensiun sekarang ini yang masih diberi kepercayaan oleh yayasan untuk tetap berkarya. Meskipun sekarang sudah tidak mendapat jadwal dikelas, namun beliau merasa senang karena masih bisa menyambut anak-anak SD, berbicara secara langsung dengan para orang tua yang mengantar maupun menjemput, dan aktif dilingkungan lansia. Usianya yang sekarang sudah 71 tahun, bisa dikatakan bukan usia muda lagi, namun dengan semangat beliau, bagi saya sangat menginspirasi. Sehingga pantas jika Br. Arnold adalah guru yang hebat, karena bisa memberikan inspirasi.

Terus bagaimana dengan pengalaman saya? He.he. kalo diminta menuliskan nanti panjang sekali. Sehingga saya tuliskan poinnya saja. Menjadi guru awalanya bagi saya adalah sesuatu yang aneh, karena secara pendidikan saya tidak mengambil keguruan, walaupun tempat kuliah saya terkenal dengan keguruannya. Modal yang saya berikan menjadi guru adalah: saya menyayangi anak-anak seperti saya menyayangi anak saya. Dari situ ternyata itu menjadi landasan kuat, selain ditambah dengan mengikuti kegiatan yang mendukung profesi saya dan tentunya tersinspirasi dari Yesus yang adalah Guru teladan. Namun, sahabat Hoecken tidak perlu meragukan dengan background yang saya miliki. Karena diakhir tahun 2022, Puji Tuhan saya telah mendapatkan sertifikasi dari pemerintah untuk mengajar. Sehingga saya sudah semakin menjadi percaya diri karena bisa dikatakan saya sudah sesuai dengan profesi yang saya pilih. Mengajar di SMA bagi saya adalah tantangan, karena yang saya hadapi adalah siswa-siswi yang usianya jauh lebih muda dan mereka banyak yang kritis. Sehingga saya merasa tertantang untuk mencari informasi terutama sebelum mengajar, agar yang saya sampaikan sebisa mungkin tidak tertinggal dengan isu terkini. Saya sangat senang dengan anak-anak SMA yang begitu terbuka dan selalu memberikan masukan, sehingga bisa menjadikan kami khususnya guru-guru SMA menjadi semakin baik. Begitu juga dengan para orang tua yang komunikatif, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik.

Kegiatan hari ini bagi saya sangat baik, karena sejenak kita diminta untuk merefleksikan dari kesibukan mempersiapkan Ujian akhir kelas 12 khususnya di SMA. Sebagai guru, bukan hanya datang, mengajar, pulang, namun diingatkan dengan panggilan. Semoga semua guru yang hadir, terkhusus di SMA mereka menjadi semakin memahami arti panggilan menjadi guru dan mengikuti teladan Yesus, agar kita bisa semakin melayani anak didik yang telah Tuhan percayakan kepada kami. Mencintai dan memberikan pelayanan adalah misi kami. Tuhan memberkati.

By: Leads

Bagikan Ke: