Refleksi Penggunaan Media Sosial
Hallo sahabat Hoecken
Belakangan ini media sosial banyak digunakan, terutama pada remaja. Media sosial ini memiliki fungsi sebagai tempat berkumpulnya banyak orang untuk saling bersosialisasi. Yang dimana penggunaan media sosial juga dapat memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat, seperti menanamkan kebencian terhadap orang lain dengan mengunggah kata-kata atau gambar yang tidak etis sehingga terbangun rasa tidak senang dan benci terhadap seseorang. Media sosial dijadikan sarana untuk mencaci maki bahkan memprovokasi orang lain, contoh lainnya adalah penggunaan bahasa sarkasme dalam media sosial.
Penggunaan sarkasme ini merupakan usaha untuk mengganti kata-kata yang bermakna biasa dengan kata-kata lain yang mengalami penyimpangan makna (kasar). Tujuan dari sarkasme dimaksudkan untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa penghinaan dan celaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar. Gaya Bahasa Sarkasme sendiri dapat menjadi salah satu bentuk perundungan verbal, karna bisa jadi orang yang mendengar tersakiti oleh kalimat sarkas tersebut.
Media sosial juga dapat menumbuhkan sikap individualisme pada remaja, dan sikap anti sosial dapat mengganggu komunikasi di dunia nyata. Oleh karena itu pengguna media sosial harus menggunakan media sosial dengan bijak, dan tidak berlebihan. Kita juga menjaga sikap dan etika pada media sosial. Gunakan bahasa yang sopan beretika, santun, tata krama, saat berinteraksi dengan siapapun di media sosial. Dengan bersikap santun dalam penggunaan media sosial dapat memperluas jaringan pertemanan. Dengan menggunakan jejaring sosial, kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan dengan orang yang belum kita kenal sekalipun dari berbagai penjuru dunia. Remaja menjadi lebih bersahabat, perhatian, dan empati. Mengembangkan keterampilan dan sosial.
Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental salah satunya yaitu timbulnya rasa insecure atau tidak percaya diri. Alih-alih dijadikan sebagai wadah mengekspresikan diri justru menjadi tempat flexing atau sombong atas apa yang dimiliki. Hal ini mengakibatkan semua orang berlomba-lomba menciptakan citra yang baik di media sosial. Dari hal ini lah muncul rasa tidak percaya diri, dan memikirkan sesuatu yang berlebihan (overthinking) Terutama atas komentar komentar jahat atau cyber bullying. Hal-hal di atas dapat dijadikan sebagai acuan dan batasan kita dalam bermedia sosial. Sebab, media sosial dapat memberikan dampak buruk yang perlu dihindari. Yuk, gunakan medsos dengan bijak.
By : Anastasia Aleta Ardhanti – XI A