Halo Pelajar Pancasila dan sahabat Hoecken…..
Beberapa minggu terakhir banyak yang mengalami sakit demam, flu, dan batuk secara bergantian. Sebenarnya apa yang sedang terjadi ya di negara kita. Yuk kita lihat keadaanya…
Diliput dari CNBV Indonesia, Virus Covid-19 masih menjadi momok dunia meskipun tingkat penyebaran dan keparahannya jauh lebih kecil. Covid-19 bahkan terus melahirkan varian baru, termasuk varian terakhir yakni Omicron EG.5.1 alias 'Eris'. Varian Eris sedang menyebar secara luas di Inggris ternyata sudah masuk ke Indonesia sejak Maret 2023. Sejauh ini varian Eris tidak berdampak serius terhadap keparahan dan kematian di Tanah Air.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan varian 'Eris' sebagai variant under monitoring (VUM) atau varian yang diawasi akibat penyebaran yang luas dan menyebabkan angka kasus Covid-19 di beberapa negara semakin meningkat. Dilaporkan, 'Eris' sudah mendominasi 20% dari sekuen yang ada di Asia, 10% sekuen di Eropa, dan 7% sekuen di Amerika Utara. Sebelumnya di Indonesia telah terdapat beberapa varian Covid-19 yakni Alpha, Delta, dan Omicron. Lalu apa perbedaannya dengan varian terbarunya yakni Eris?
Berikut perbedaan dari empat varian Covid-19 di atas.
Varian Eris
Gejala = Pilek, kelelahan, sakit kepala, bersin, sakit tenggorokan
Penyebaran = melansir dari Daily mail, salah satu factor penyebaran infeksi “Eris” adalah libur musim panas serta perilisan film Barbie dan Oppenheimer. Kedua film yang dirilis bersamaan pada akhir Juli tersebut menimbulkan banyak kerumunan, terutama di bioskop. Saat ini ada sekitar 36 negara yang telah meendeteksi adanya varian Eris.
Keparahan = tingkat keparahan dan kematiannya pun belum memperlihatkan dampak yang signifikan.
Varian Omicron
Gejala = Sakit kepala, pegal-pegal disekujur tubuh, sakit tenggorokan
Penyebaran = Omicron menginfeksi lebih cepat di bronkus, saluran udara dan trakea yang menghasilkan udara masuk dengan baik ke paru-paru.Omicron menular lebih cepat.
Keparahan = Risiko rawat inap varian Omicron lebih rendah dibandingkan varian Delta. Varian Omicron bisa menyebabkan gejala berat dan kematian terutama pada orang yang rentan seperti lansia, memiliki penyakit penyerta dan orang yang belum divaksin.
Varian Delta
Gejala = demam, batuk, kelelahan, kehilangan kemampuan mengecap, mual dan muntah, diare dan sakit perut, flu parah
Penyebaran = data riset mengindikasikan varian Delta 40%-60% lebih menular daripada varian Alpha. Partikel virus juga lebih banyak ditemukan pada saluran udar pasien Delta.
Keparahan = Orang yang terinfeksi varian Delta lebih mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit daripada varian lain. Dibanding Varian Omicron, tingkat keparahan akibat infeksi Delta juga disebut lebih tinggi. Sejumlah data menyebutkan tingkat keparahan pasien varian Delta lebih tinggi draipada varian lain, terutama pada lansia, pemilik kormoboid dan anak-anak.
Varian Alpha
Gejala = Kedinginan, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, nyeri otot, batuk, demam.
Penyebaran = Kasus positif pertama dengan infeksi dari varian Alpha B.1.1.7 kemungkinan besar terjadi pada pertengahan September 2020 di London. Tingkat penularan virus Alpha 43 Alpha 43-90% lebih mudah menular dari virus Corona Sebelumnya. Covid-19 varian Alfa diketahui lebih cepat menular dan menyebebar karena lebih mampu menembus system kekebalan tubuh manusia
Keparahan = Lebih berpotensi menimbulkan gejala berat dan risiko peningkatan risiko rawat inap dari dari virus Corona awal
Seperti diketahui, Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global pada Maret 2020. Hingga 1 Juli 2023, total kematian Covid-19 di Asia adalah 22,45% dari total kasus di seluruh negara. Varian Eris pertama kali muncul pada Februari dan merupakan cabang dari XBB subvarian Omicron. Sebenarnya nama Eris ini bukanlah nama resmi dari WHO, namun nama julukan yang diberikan warganet sesuai dengan nomenklatur Yunani.
Virus corona EG.5 adalah subvarian dan turunan dari omicron - yang tetap menjadi jenis virus corona paling umum di dunia. Para ilmuwan belum yakin mengapa Eris menjadi strain lebih umum, tetapi peningkatan dramatisnya membuat WHO meningkatkan Eris dari "varian under monitoring" menjadi "varian of interest.". Dengan kata lain, WHO yakin Eris menimbulkan peningkatan risiko bagi kesehatan masyarakat global.
"Berdasarkan fitur genetiknya, karakteristik lolos dari kekebalan, dan perkiraan tingkat pertumbuhan, EG.5 dapat menyebar secara global dan berkontribusi pada lonjakan kasus," kata laporan WHO baru-baru ini. "Semua yang kami lihat hingga saat ini dengan varian eris menunjukkan bahwa ia memiliki sifat yang memungkinkannya sedikit lebih mudah menular daripada para pesaingnya," kata Swartzberg. "Kami belum melihat bukti sampai saat ini bahwa itu lebih mematikan. Artinya, itu membuat kami lebih sakit."
Menurut Swartzberg, sejauh ini gejala Eris tampak hampir sama dengan yang disebabkan oleh jenis virus corona lainnya. Sama seperti varian lainnya, Covid-19 eris juga menyebabkan hilangnya indera perasa dan penciuman. Berikut ini sejumlah gejala Covid-19 varian eris:batuk
- demam
- menggigil
- sesak napas
- kelelahan
- nyeri tubuh
- sakit kepala
Mereka yang paling berisiko termasuk orang tua, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, dan mereka yang memiliki penyakit kronis," kata Swartzberg. Eris mungkin lebih menular daripada jenis lain, tetapi tampaknya tidak lebih mematikan. Eris tidak mengakibatkan lebih banyak kematian daripada strain Covid lainnya. Namun, CDC melaporkan peningkatan rawat inap sebesar 12,5 persen akibat COVID-19 pada akhir Juli.
Berdasarkan referensi amin tersebut kita diharapkan tidak kawatir dan mulai kembali meningkatkan kebersihan dan kewaspadaan kita. Sehingga mari kita Kembali menggunakan masker untuk smenjaga kesehatan bersama.
by: Oktaviani Harlita