021 2215 7991
kurikulumsmapl@gmail.com
Jl. Tol Jakarta-Cikampek Km 37
blog-img
15/05/2022

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

Administrator | Sejarah

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG .... MARI BERGABUNG!!!

SIAPAKAH AKU ???....

Aku ... Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Yang Dikandung Tak Bernoda (FIC) dalam bahasa Latin dipanggil Congregatio Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis, sedangkan dalam bahasa Inggris panggilanku  Congregation of the Brothers of the Immaculate Conception of the Blessed Virgin Mary. Pendiriku Pastor Ludovicus Rutten lahir pada tanggal 21 November 1840 di kota Maastricht, Belanda. Maastricht terletak di Belanda bagian paling selatan, dilintasi sungai Mas.

Aku lahir karena pada abad kedelapan belas, kesejahteraan semakin meningkat, tetapi peningkatan ini tidak serta-merta menyediakan kehidupan ekonomis yang layak bagi semua penduduk yang jumlahnya semakin banyak. Jumlah penduduk miskin dan yang memerlukan bantuan bertambah banyak. Kebanyakan dari mereka buta huruf.

Pada tahun 1837, industri modern semakin berkembang di Maastricht. Banyak pabrik didirikan dan memaksa para pekerja untuk bekerja siang dan malam. Perempuan dan anak-anak juga dilibatkan. Upah mereka rendah. Sebagain besar pekerja hidup di bawah ukuran kelayakan. Jika sebuah keluarga menginginkan untuk dapat sekedar bertahan hidup, para ibu dan anak-anak mereka harus bekerja di rumah. Kondisi rumah mereka sangat buruk dan tidak higienis. Situasi tersebut sangat merugikan bagi perkembangan anak-anak, baik secara fisik maupun psikologis. Banyak anak berkeliaran di jalan-jalan, dan hari ke hari mereka keluar dari rumah mereka sampai bapak dan ibu mereka pulang dari kerja. Kondisi tersebut mengakibatkan banyak anak yang mengalami kekosongan rohani.

Situasi kota Maastricht yang seperti tersebut diatas mendorong Loduvicus Rutten, mengabdikan diri bagi pembinaan dan pendidikan anak-anak, terutama mereka yang miskin dan terlantar

Aku pertama kali dipimpin oleh  Br. Bernardus Hoecken (bruder FIC pertama), menjadi pemimpin pertama komunitas pertama kongregasi FIC. Pada waktu itu, dia sendiri masih seorang novis, sedang teman-teman sekomunitasnya masih berstatus sebagai calon bruder (aspiran). Pada tahun 1842, dia termasuk bruder pertama yang mengucapkan prasetia mereka. Bertahun-tahun lamanya, dia bersama Pastor Rutten memimpin persekutuan yang semakin berkembang. Sama seperti Pastor Rutten, dia merasa bahwa prioritas kerasulan adalah pendidikan dan pembinaan Kristiani.

Sejak awal aku didirikan tidak dimaksudkan untuk menjadi kongregasi misi, yang berkarya di luar negeri Belanda. Tetapi dalam laporan tahunan 1912, dengan hati-hati haluan kebijakan diubah sedikit: karya misi akan dibuka jika sekiranya akan ada tanda jelas dari Tuhan bahwa itu pun termasuk karisma dan tugas pengutusan kongregasi. Sudah lama dan sering ada permohonan dari seluruh penjuru dunia untuk mengutus bruder-buder FIC ke pelbagai daerah misi. Permohonan semacam itu selalu ditolak oleh Dewan Umum (pemimpin Para Bruder FIC yang berkedudukan di Maastricht Belanda) dengan alasan kekurangan tenaga dan kekurangan dana untuk membiayai karya misi. Menjelang tahun 1920 ketika jumlah anggota kongregasi makin bertambah banyak dan keadaan finansial makin bertambah kuat, dengan adanya subsidi penuh dari pemerintah Belanda untuk semua sekolah FIC. Sejak itu aku ikut dibawa arus misioner yang kuat yang melanda umat Katolik Belanda, mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah ke luar negara lain yang belum mengenal Kristus.

Pada tanggal 28 Desember 1919, ketika dirayakan pesta berdirinya 75 tahun kongregasi, ada pengumuman dari Dewan Umum bahwa pada tahun berikutnya akan dibuka rumah FIC di Yogyakarta di tanah Jawa. Dengan tujuan mendirikan sekolah-sekolah untuk mendukung karya misi Katolik di kota itu. Dengan adanya sekolah Katolik, umat yang baru bertobat (menjadi Katolik) pasti akan diteguhkan dalam pilihan agama mereka. Tujuan itu mirip sekali dengan tujuan yang dicita-citakan oleh Para Pendiri Kongregasi pada tahun 1840, yakni Pastor Rutten dan Bruder Bernardus Hoecken. Keduanya bercita-cita mendirikan sekolah Katolik sebagai sarana jitu untuk mendalami dan memelihara agama Katolik.

Pada tanggal 20 September 1920 aku mulai ada di Indonesia. Aku pertama ada di Jl. P. Senopati 18 Yogyakarta. Ada beberapa karya pelayananku di Indonesia:

  1. Pendikan Formal

Karya pelayanan bidang pendidikan berada di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur (YPL) yang berpusat di Semarang. Yayasan itu mengurus lembaga pendidikan dari Playgroup, TK, SD, SMP, SMA dan SMK. Di samping karya pendidikan untuk anak-anak normal, ada Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (SLB/B) di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Sekolah-sekolah ini dikenal sebagai sekolah Pangudi Luhur. Karya pelayanan pendidikan tersebut tersebar di: Semarang (Randusari dan Candi), Ambarawa, Muntilan, Boro, Yogyakarta, Sedayu, Klaten, Surakarta, Wonogiri, Jakarta ( Cilandak, Kembangan, dan Kebayoran),  Bekasi ( Kampung Sawah, Deltamas), Kalimantan ( Ketapang, Tumbang Titi dan Tanjung), Sumatera (Sukaraja dan Belitang) , Timor Timur ( Ainaro dan Dili)

2. Panti Asuhan Putra Santa Maria Boro

Panti Asuhan ini hanya menampung anak-anak putra. Mereka adalah anak-anak usia Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Mereka berasal dari keluarga lemah, miskin, yatim, yatim piatu, dan terlantar. Mereka diberi bekal hidup dengan belajar, bekerja, berdoa, dan juga bermasyarakat. Dengan harapan kelak mereka dapat hidup mandiri.

3. Asrama Anak-anak SD dan SMP Sint Louis Ambarawa

Asrama ini menampung anak-anak usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, yang semuanya belajar di SD dan SMP Pangudi Luhur Ambarawa. Mereka berasal dari pelbagai daerah dan latar belakang. Kesempatan belajar dan bekerja selalu mendapat bimbingan dari para bruder di asrama dan guru-guru di sekolah.

4. Asrama Putra-Putri SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan

Asrama ini menjadi sarana untuk mencapai tujuan SMA PL van lith secara optimal. Suasana kehidupan asrama yang dipelihara dan dikembangkan adalah semangat persaudaraan sejati yang membuat warga asrama merasa aman, senang, dan kerasan.  Pendampingan dan pelatihan diberikan agar warga asrama menjadi pribadi yang berkualitas tinggi, beriman, berwatak, dan berbudi pekerti luhur dengan mengembangkan potensi-potensi secara optimal dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai hidup yang diperlukan untuk siap melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau hidup di tengah masyarakat. Asrma ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem sekolah. Asrama putri, ini dikelola oleh Kongregasi Suster Cinta Kasih Carolos Boromeus (CB).

5. Asrama ‘Wisma Putra Kusuma’ Ketapang, Asrama Tumbang Titi, dan Asrama Tanjung Kalimatan Barat

Asrama ini untuk menampung anak-anak Dayak di pedalaman yang ingin menjalani pendidikan lebih lanjut di sekolah Pangudi Luhur. Para bruder mendampingi mereka dalam hal belajar, hidup bersama, dan hidup menggereja. Asrama WPK Ketapang diperuntukkan anak-anak usia SMP dan SMA, Asrama Tumbang Titi dan Asrama Tanjung untuk pendapingan anak-anak usia SMP.

6. Asrama Putra dan Putri Santa Angela di Sedayu

Asrama ini penghuninya berasal dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta yang bersekolah di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Pendampingan dan pengkaderan generasi muda diharapkan dapat lebih membuahkan hasil yang lebih baik. Dalam pengelolaannya, Bruder FIC bekerja sama dengan Kongregasi Suster Hati Kudus (HK) Teluk Betung Lampung. Selaian asrama putri para Bruder juga mulai merintis untuk asrama putra.

7. Asrama di Sukaraja

Asrama ini untuk menampung anak-anak  SMA yang tidak mampu secara finansial tapi ingin menjalani pendidikan lebih lanjut di sekolah Pangudi Luhur.

8. Rumah Khalwat Roncalli Salatiga

Rumah Khalwat merupakan tempat pendalaman dan penyegaran hidup rohani bagi para religius di Indonesia, baik suster, bruder, frater, dan imam. Selain menyelenggarakan Kursus Persiapan Profesi Kekal, Kursus Medior, Kursus Persiapan Senior (bagi yang akan purna karya), Kursus Lansia dan Kursus Pembimbing Rohani, Roncalli juga menyediakan diri untuk pendapingan retret baik untuk 6 hari, 8 hari , atau retret agung 30 hari. Dalam pengelolaannya para Bruder FIC bekerjasama dengan pelbagai tarekat biarawan dan biarawati.

9. Rumah Retret Syalom Bandungan, Ambarawa

Rumah Retret Syalom didirikan dengan maksud sebagai tempat untuk retret dan pendalaman hidup, terutama tempat pendampingan kaum muda, dari usia Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah Atas. Disamping itu, ada juga kelompok-kelompok mahasiswa dan umum, termasuk guru dan karyawan Yayasan Pangudi Luhur menggunakan tempat tersebut untuk olah rohani. Selain memberi materi pendalaman rohani, juga pengembangan fisik dan mental melalui outbound.

10. Pertenunan Santa Maria Boro

Pertenunan Santa Maria Boro memproduksi aneka produk seperti kain pel, selimut, serbet, sarung, dan lain sebagainya menggunakan alat-alat yang masih tradisional, yang sering dikenal dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Alat-alat tersebut digerakkan dengan tangan dan kaki. Hasil atau produk pertenunan banyak dimanfaatkan untuk sarana di rumah sakit, seragam sekolah, komunita-komunitas biara, dan keperluan di hotel-hotel.

11. Unit Produksi

Di SMK PL Muntilan terdapat dua unit produksi, yaitu unit prodiksi kayu dan unit produksi logam. Berbagai hasil produksi kayu dapat dipesan misalnya segala macam kusen dan pintu/ jendela, perabot rumah tangga dan sebagainya. Adapun unit produksi logam menghasilkan pekerjaan bubut, penajaman alat, besi cor untuk pagar/ gapura, teralis jendela.

12. Karya Pastoral –Timor Leste

Sejak tahun 2010 FIC mengutus anggotanya untuk berkarya di Paroki Ainaro – Timor Leste. Mereka mencoba untuk hidup ditengah-tengah umat, memperkenalkan pengembangan pertanian dan peternakan, pertukangan serta pendampingan calon. Tahun 2012 membuka komunitas baru lagi di Becora – Dili.

13. Pendidikan Calon

Dalam proses menjadi Bruder FIC, ada beberapa tahapan formasi yang mesti dilalui para calon bruder.

Petama, Masa persiapan atau postulat (satu tahun adalah masa perkenalan dengan kongregasi dan mendalami cita-cita kongregasi serta belajar beradaptasi dengan pola hidup religius. Orang yang menjalani masa pendidikan ini disebut Frater Postulan.

Kedua, masa Novisiat Kanonik (satu tahun) para frater novis mendapatkan pendidikan Rohani serta bimbingan yang lebih mendalam pada penghayatan hidup membiara sesuai dengan semangat dan cita-cita Pendiri FIC.

Ketiga, masa Novisiat lanjutan (selama satu tahun). Dalam tahun ini, para novis dibimbing untuk mendalami hidup Religius dalam perpaduan dengan karya kerasulan atau tugas yang diserahkan kepada mereka dalam program stage di komunitas dan tempat karya.

Keempat, masa Yuniorat. Setelah pendidikan dasar hidup religius selama tiga tahun, para novis yang terbukti memiliki semangat religius dapat diterima sebagai Bruder FIC, mengucapkan prasetia sementara. Masa prasetia sementara itu berlangsung antara 3 sampai 6 tahun. Seorang bruder muda yang tetap ingin mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan dan sesamanya, dapat diterima untuk berprasetia seumur hidup.

Mari bergabung bersama aku

Silahkan kunjungi web aku: www.bruderfic.or.id

Untuk kontak lebih lanjut silahkan hubungi Bruder Pemimpin Provinsi FIC Indonesia dengan alamat Jl. Sultan Agung 133 Semarang 50234 dan telepon 024 – 8312547 atau Tim Promotor Panggilan Br. Agus Parno HP: 0821 2554 2717

Diambil dari https://bruderfic.or.id/sekilas-tentang-bruder-fic/ (Br. Paulus Sumarno, FIC)

Bagikan Ke: