Hari ini, Sabtu 30 Juli 2022 umat Islam merayakan Tahun Baru 1444 Hijriah, merujuk pada SKB 3 Menteri yang memuat penentuan hari libur nasional. Penetapan kalender Hijriah memiliki kaitan dengan peristiwa besar dalam sejarah perkembangan Islam. Tahun baru hijriyah atau tahun baru islam merupakan salah satu momen penting bagi umat muslim di seluruh dunia. Kalender hijriyah memiliki sistem penanggalan yang berbeda dengan sistem penanggalan dalam kalender masehi, sebagaimana kita kenal dan pakai saat ini. Sistem penanggalan dalam kalender Islam adalah ditentukan berdasarkan siklus bulan. Adapun penetapan awal tahun baru hijriyah adalah setiap tanggal 1 Muharram.
Pemaknaan tahun baru hijriyah berawal dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. Saat zaman Rasul Allah, peristiwa hijrah dilakukan sebagai strategi dakwah dan menanggapi situasi dan kondisi yang tidak kondusif pada masyarakat Mekkah. Hijrah sendiri diartikan sebagai perjuangan meninggalkan hal-hal buruk ke arah yang lebih baik. Dan, kini peristiwa hijrah diartikan sebagai pembelajaran nilai kebaikan untuk diri sendiri, seperti berani meninggalkan sesuatu yang buruk yang merugikan diri sendiri dan beralih pada sesuatu yang baik.
Beberapa Fakta menarik berkaitan Tahun baru Hijriyah:
1. Gagasan Umar bin Khattab
Umar bin Khattab merupakan orang yang berperan penting di balik kelahiran kalender Hijriah, karena beliaulah yang memprakarsai penetapan kalender Hijriah. Sistem penanggalan Hijriah juga ditetapkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Sahabat nabi ini, merupakan khalifah kedua dari khulafaur rasyidin setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
2. Mengacu peristiwa hijrah
Penetapan awal tahun Hijriah mengacu pada peristiwa besar dalam sejarah Islam, yaitu hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Selain itu, hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan momentum penting dalam perkembangan dakwah Islam. Seperti diketahui, Nabi Muhammad SAW dan umat Islam memutuskan untuk hijrah berdasarkan wahyu dari Allah SWT setelah dakwah di Kota Makkah menghadapi berbagai tekanan dan kesulitan.
3. Bermula dari masalah administrasi
Umar bin Khattab untuk menetapkan kalender Hijriah ternyata bermula dari masalah adminitrasi. Berdasarkan informasi dari Kompas.com (1/1/2022), mulanya Gubernur Bashrah di Irak, Abu Musa Al-Asyari, mengeluhkan bahwa setiap surat yang didapat dari Umar bin Khattab tidak memiliki penanggalan lengkap. Akibatnya, Abu Musa Al-Asyari mengaku kesulitan untuk menata arsip surat. Pasalnya, umat Islam saat itu masih mengadopsi penanggalan Arab pra-Islam yang hanya menggunakan bulan dan tanggal saja, tanpa tahun. Kondisi tersebut mendasari umat Islam untuk membuat kalender Hijriah.
4. Sempat terjadi beda pendapat
Umar bin Khattab mengumpulkan semua sahabat Nabi Muhammad SAW untuk berunding mengenai kalender Islam. Ada sahabat yang mengusulkan agar kalender Islam mengikuti penanggalan Persia dan Romawi. Lainnya, mengusulkan agar kalender Islam mengacu pada kelahiran atau wafat Nabi Muhammad SAW. Akhirnya Ali bin Abi Thalib mengajukan ide agar sistem penanggalan Islam tersebut mengacu pada peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah. Usul Ali bin Abi Thalib tersebut disetujui oleh Umar bin Khattab.
5. Sistem perhitungan
Dasar perhitungan kalender Hijriah adalah revolusi bulan, atau peredaran bulan mengelilingi bumi. Adapun periode dari bulan sabit hingga kembali ke bulan sabit disebut satu bulan, yang terjadi selama 29,5 hari. Jadi, satu tahun dalam kalender Hijriah terdiri dari 12 bulan dan 354 hari, atau tepatnya 354,36708 hari. Dalam perhitungan tersebut, dilakukan pembulatan, sehingga kalender Hijriah juga mempunyai tahun kabisat yang terdiri dari 355 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kalender Hijriah lebih pendek 10-11 hari daripada kalender Masehi. Sementara itu, kalender masehi dihitung menurut perputaran bumi mengelilingi matahari atau revolusi. Oleh sebab itu, tahun masehi juga disebut tahun syamsiah, yang berarti matahari. Sementara, tahun Hijriah disebut juga sebagai tahun qomariyah yang berarti bulan.
Perayaan Tahun Baru Islam 1444 Hijriah
Di Indonesia, banyak sekali tradisi yang dilakukan orang Indonesia untuk merayakan Tahun Baru Islam. Beberapa dari tradisi ini tidak dapat ditemukan ditempat lainnya, selain di Indonesia.
Di beberapa komunitas pedesaan di Jawa Timur Indonesia, para umat muslim mempersiapkan beberapa sesaji untuk bersyukur kepada Tuhan. Beberapa sajian ini biasanya terdiri dari buah-buahan, sayur-mayur, dan beras. Sesaji atau Gunungan digelar di pusat lokasi perayaan. Setelah seluruh sesaji terkumpul, sebuah ritual yang dikenal dengan istilah “Larung Pendam Saji” kemudian ditampilkan. Ritual upacara ini bertujuan untuk memohon anugerah dari Tuhan. Disamping itu, ritual ini juga merupakan wujud syukur dari komunitas penduduk desa ini terhadap karunia yang telah dianugerahkan Tuhan kepada hasil pertanian mereka.
Di Kota Bekasi, ada Jumat malam Sabtu (29/7/2022) dimeriahkan dengan konvoi jalan anak-anak dibarengi para orang tua membawa obor sambil mengumandangkan takbir dan shalawat. Pawai obor tahun ini terasa lebih istimewa karena sempat tertunda 2 tahun akibat pandemi COVID-19 yang melanda di awal tahun 2020. Praktis sejak saat itu hingga 2 tahun setelahnya tak ada kemeriahan pawai obor menjadi tradisi setiap datangnya Tahun Baru Islam. Iring-iringan pawai obor keliling kampung hingga kawasan Jalan Sumarecon Bekasi dimeriahkan juga dengan hadirnya tim drumband dari remaja dan generasi muda Kp. Pintu Air serta dihiasi indahnya obor elektrik dan lampu lampu hias yang dibawa oleh peserta pawai. Warga pun sangat antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut.
Semoga dengan memperingati Tahun Baru Islam ini, para sahabat Hoecken terkhusus yang beragama islam dapat berhijrah dengan meninggalkan hal-hal yang kurang baik menjadi semakin baik, serta menjadi berkat bagi orang disekitar.
Diambil dari beberapa sumber dan di edit oleh : Leads