Halo sahabat Hoecken, masih berkaitan dengan bioteknlogi nih. Kali ini kita akan membahas peran HGH dalam berlahraga. Mau tau ceritanya lebih lanjut?? Ayo kita simak bersama-sama.
Dalam tubuh manusia, ada yang namanya hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan manusia atau yang biasa disebut dengan HGH (Human Growth Hormon) adalah suatu hormon anabolik yang berperan sangat besar dalam pertumbuhan dan pembentukan tubuh, terutama pada masa anak-anak dan pubertas. HGH dapat diproduksi secara alami oleh tubuh manusia lewat kelenjar pituitari. Kelenjar pituitari adalah organ kecil yang berada di bawah otak. Hormon ini juga mempunyai fungsi lain, yakni mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak di dalam tubuh, memelihara fungsi jantung dan otak, menjaga kesehatan otot dan tulang, menjaga keseimbangan cairan tubuh, dan memperkuat daya tahan tubuh. Namun, selain diproduksi secara alami oleh tubuh, HGH ini juga dapat dibuat secara sintesis. Biasanya, produksi hormon sintesis ini diberikan oleh dokter kepada anak atau orang dewasa dengan penyakit atau kondisi tertentu.
Pada anak-anak, hormon pertumbuhan sintesis ini digunakan untuk menangani diantara lain untuk kekurangan hormon pertumbuhan, kelainan genetik, seperti sindrom Turner dan sindrom Prader-Willi, penyakit ginjal kronis dan terlahir dengan ukuran tubuh yang kecil atau prematur. Sedangkan, untuk orang dewasa, hormon pertumbuhan sintesis ini digunakan untuk mengobati penyakit seperti kekurangan hormon pertumbuhan yang disebabkan tumor hipofisis, sindrom usus pendek atau short bowel syndrome, yaitu kondisi saat nutrisi tidak diserap dengan baik oleh tubuh akibat penyakit usus yang parah atau operasi pengangkatan sebagian besar usus kecil, pengecilan otot yang disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti AIDS.
Namun, HGH sintesis atau bisa disebut juga rHGH (recombinant human growth hormone) ini sudah marak digunakan untuk tujuan lain, salah satunya adalah peningkatan massa dan kekuatan otot pada tubuh manusia. Penggunaan rHGH dalam dunia olahragapun menimbulkan perdebatan. Banyak orang menyebutkan, bahwa rHGH dapat meningkatkan performa. Namun, tidak ada cukup bukti pasti yang menunjukkan bahwa rHGH meningkatkan kinerja. Dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan Meinhardt et al pada tahun 2010 yang mana meneliti tentang pengaruh dosis 2mg rHGH terhadap komposisi tubuh, daya tahan, kekuatan, tenaga, dan kapasitas lari. Penelitian ini menggunakan pria dan wanita yang aktif secara rekreasional dalam uji coba kontrol acak. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan peningkatan massa otot dan penurunan massa lemak. Kapasitas sprint juga ada peningkatan, namun tidak ada perubahan yang signifakan sehingga sulit untuk menentukan apakah penggunaan rHGH efektif dalam kinerja sprint. Setelah enam minggu berhenti menggunakan rHGH, performa kinerja sprint tidak dapat dipertahankan. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan rHGH dalam peningkatan kinerja berolahraga sprint tidak membawa perubahan yang signifikan. Dapat dilihat juga dari penelitian yang dilakukan oleh Liu dkk. yang dilakukan pada tahun 2008. Dia melakukan penelitian lebih lanjut tentang mengeksplorasi efek hormon pertumbuhan terhadap kinerja atletik. Dari studi tersebut juga, dapat dilihat tidak ditemukannya peningkatan kekuatan otot atau peningkatan latihan aerobik yang signifikan. Penggunaan rHGH pada atlet hanya digunakan untuk mengatur komposisi tubuh. rHGH saat ini dilarang oleh WADA karena kemampuannya meningkatkan massa otot dan berpotensi meningkatkan performa atletik.
Efek buruk rHGH ini pun masih belum diketahui secara pasti karena data penyebaran penyakit mengenai jenis pengobatan ini pada olahragawan sehat tidak tersedia. Akromegali, penyakit yang disebabkan karena terlalu banyak hormon pertumbuhan selama masa dewasa disebut menjadi efek dari rHGH yang berlebihan. Akromegali pada orang dewasa akan membuat pembekakkan pada tangan dan kaki. Selain itu ada beberapa gejala lain seperti kelelahan dan sulit tidur dan perubahan pada tampilan wajah. Pasien akromegali juga memiliki peningkatan risiko diabetes melitus dan hipertensi yang dapat menyebabkan kematian dini akibat penyakit kardiovaskular.
Kemajuan IPTEK dapat dirasakan hingga saat ini, terutama dalam bidang olahraga ini. Penggunaan rHGH masih sulit dideteksi dalam perlombaan olimpiade hingga tahun 2004. Telah dilakukan uji coba untuk mendeteksi orang yang menggunakan rHGH untuk meningkatkan massa otot, namun ini masih belum bisa memastikan apakah orang tersebut menggunakan rHGH. Hal inipun menjadi perdebatan dalam dunia olahraga. Orang-orang mungkin akan sulit membedakan mana orang yang alami dan mana yang menggunakan rHGH ataupun obat-obatan lainnya. Hal ini juga menimbulkan permasalahan antara orang biasa yang memiliki pemikiran “Lebih baik tidak olahraga daripada berolahraga, tapi menggunakan obat-obatan.” Ini bisa menjadi alasan orang yang malas berolahraga menjadi tambah malas berolahraga.
Dengan adanya rHGH ini, dapat membuat kita mengubah komposisi tubuh kita. Namun, jika kita mengubah komposisi atau bentuk tubuh kita, itu berarti kita masih kurang percaya diri dengan tubuh alami kita yang sudah diberikan Tuhan Yang Maha Esa dan masih ingin menambah dengan produk ciptaan manusia. Hal ini tidak sesuai dengan sila pertama pada Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Kita harus bersyukur dengan apa yang sudah Tuhan berikan pada kita, entah itu tubuh, keluarga, dan juga yang lainnya. Jika ingin mengubah sesuatu pada tubuh kita, ubahlah dengan cara yang baik, benar, dan alami. Tidak perlu menggunakan produk buatan manusia. Jadi tetaplah bersyukur setiap saat, dengan apa yang sudah Tuhan berikan.
By: Made Panji Brahmavedanta-XII IPS