Kata ‘hybrid’ atau ‘hibrida’ sendiri memiliki arti ‘sesuatu yang dibuat dengan menggabungkan dua elemen yang berbeda’. Jadi, hewan hibrida adalah keturunan dari dua hewan yang berbeda ras, varietas, spesies, atau genus. Perkawinan silang antara spesies sering kali dapat menyebabkan masuknya variasi genetik khas satu spesies ke kumpulan gen spesies lain—proses ini disebut introgresi. Dalam beberapa kasus, introgresi dapat memfasilitasi respons evolusi spesies terhadap perubahan lingkungan dengan mendorong perolehan varian genetik adaptif baru secara cepat sehingga meningkatkan potensi adaptif spesies tersebut. Di sisi lain, hibridisasi juga dapat dianggap sebagai ancaman potensial terhadap kelangsungan hidup spesies. Akumulasi variasi yang merugikan, depresi perkawinan sedarah dan pencemaran genetik (genetic swamping) merupakan konsekuensi merugikan dari hibridisasi.
Hewan hibrida di masa kini banyak terjadi karena campur tangan manusia, seperti mule (hibrida antara keledai jantan dan kuda betina) dan liger (hibrida antara singa dan harimau). Para ilmuwan dapat memanipulasi gen secara langsung pada tingkat molekuler, yang memungkinkan mereka untuk melewati batas spesies yang sebelumnya tidak dapat ditembus. Para peneliti berupaya menciptakan hibrida karena berbagai alasan, termasuk mempelajari fungsi gen, mengembangkan ternak yang tahan penyakit, dan berpotensi menyelamatkan spesies yang terancam punah. Meskipun demikian, terdapat beberapa hewan hibrida yang terjadi secara alami, seperti beruang grolar atau prizzly (hibrida dari beruang kutub dan beruang grizzly). Beruang kutub dan beruang grizzly hidup di lingkungan yang berbeda, namun karena adanya pemanasan global, teritori beruang kutub dan grizzly meluas dan tumpang tindih (overlap).
Namun demikian, hewan hybrid memiliki kekurangan. Ketika hewan dari dua spesies berbeda kawin, keturunan hibridanya bisa jadi tidak sehat atau mandul (steril) karena ada perbedaan struktur atau jumlah kromosom dengan spesies induk serta menderita cacat dan memiliki jangka umur yang pendek. Tidak hanya itu, hewan hibrida memiliki masalah mengenai etika dan moral, dimana ada kekhawatiran dari manipulasi kehidupan pada tingkat yang sangat mendasar. Proses ini menempatkan manusia pada posisi seperti dewa, dengan kekuasaan atas susunan biologis makhluk hidup, yang menimbulkan pertanyaan tentang batas-batas intervensi manusia dan rasa hormat terhadap bentuk-bentuk kehidupan alami. Para kritikus berpendapat bahwa hibridisasi dapat menyebabkan penderitaan fisik bagi hewan yang terlibat, karena spesies hibrida mungkin menghadapi masalah kesehatan dan tantangan lingkungan yang unik yang tidak dialami oleh spesies yang berevolusi.
Tidak diketahui banyak hal mengenai organisme hibrida seperti hewan hibrida. Namun jika teknologi tersebut dapat dikembangkan dengan tujuan yang baik, kita dapat menemukan penemuan atau potensi baru yang belum diketahui sebelumnya.
By: Callista Kiarastella Filothei Hutagalung-XA
Sumber:
https://www.dictionary.com/browse/hybrid
https://www.discoverwildlife.com/animal-facts/do-animals-cross-breed-in-the-wild
https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8774782/
https://www.animalsaroundtheglobe.com/the-ethics-of-hybrid-animals-science-or-spe ctacle-3-283686/
https://news.harvard.edu/gazette/story/2023/11/why-are-hybrid-animals-sterile