Halo sahabat Hoecken, meskipun kegiatan "Bernardus Day" telah berlalu seminggu yang lalu. Namun kenangan cerita yang menjadi pembelajaran masih ada. Sehingga mari kita bersama-sama melanjutkan sharing pengalaman dari perwakilan kelas XI IPS.
“Bernardus Day” ini merupakan acara kedua saya, dimana saya dapat mengikuti kemah di sekolah Pangudi Luhur. Saya dulu pernah mengikuti kegiatan ini juga saat saya kelas 8 SMP. Jika dibandingkan dengan kelas 8, kegiatan kemah ini lebih singkat, tetapi lebih capek. Kenapa bisa lebih capek? Karena saya yang sekarang sudah SMA ikut serta menjadi panitia dalam kegiatan ini. Saya jadi mengetahui susahnya memikirkan suatu acara dan menyiapkan suatu acara yang besar-besaran. Ini menjadi pelajaran bagi saya bahwa kita tidak boleh meremehkan panitia yang sudah mempersiapkan acara “Bernardus Day” ini.
Di kegiatan “Bernardus Day” ini, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran yang bisa direfleksikan. Dimulai ketika awal-awal membangun tenda yang mana harus sabar dalam mengajari adik-adik kelas untuk membangun tenda. Sampai kesabaran ketika di akhir acara yang harus beberes tenda. Saya juga mendapatkan kesabaran untuk menggunakan baju Pramuka di siang hari yang sangat terik dan panas yang sangat menyiksa saya ketika upacara. Selain itu kesabaran saya dalam menjalani kegiatan malam yang mana saya harus bersabar untuk tidak tidur.
Saya hanya tidur 3 jam saya saat itu, tetapi untungnya saya masih bisa kuat untuk menjalani kegiatan di esok harinya. Walaupun adik-adik saya sedikit merepotkan, tetapi saya juga merasa bersyukur karena mereka mau memasak untuk kami. Pada saat itu kakak SMA, termasuk saya, di desa kami merasa bingung ketika tidak ada yang membawa bahan makanan. Tetapi untung saja adik-adik kelas mau memasak dan membagikan makanannya kepada kami. Kami kakak-kakak SMA membantu dalam membangun gapura yang indah sehingga membuat desa kami menang. Selain itu ada juga banyak budaya yang bisa terbentuk di kegiatan kemah “Bernardus Day” ini. Budaya nasional yang bisa terbentuk adalah budaya yang mana kita bisa keluar dari zona nyaman. Walaupun pada waktu itu sedang panas-panas, kita tetap bisa untuk menggunakan pakaian Pramuka yang tebal, panas, dan tidak nyaman dipakai. Selain itu kita juga bisa melestarikan budaya gotong royong di desa. Di desa saya pas itu, kita yang SMA membantu membangun gapura, sedangkan adik SMP dan SD, memasak. Namun ada juga yang mereka masih individualisme, terutama yang kelas 9 SMP yang habis ujian. Selain itu integrasi sosial juga terbentuk karena adanya integrasi fungsional yang terbentuk karena menjalankan fungsi masing-masing. Dengan adanya penampilan P5 juga, kami dapat mengenal dan melihat keindahan budaya yang ada di Indonesia. Selain itu saya juga belajar cara menangani anak SD ketika ikut pesta siaga. Anak SD lumayan susah diatur, tetapi saya bisa menjadi PJ dengan baik.
Semoga kegiatan Bernardus day kedepannya bisa menjadi lebih santai dan kegiatan tidak terlalu capek. Keluhan saya cuman satu, saya capek, tetapi saya untung saja masih bisa ikut kegiatan dengan baik dan sejahtera.
By: Made Panji Brahmavedanta-XI IPS
Indah dan Pentingnya Kemah
Saat acara kemah 2 hari kemarin saya mendapatkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan, walaupun kami bukan dari unit yang sama tapi kami tetap merangkul satu sama lain. Dan menurut saya kemah ini sangat penting karena kita dilatih di sini mulai dari fisik, mental, pikiran, kreativitas, dan kemandirian. Kemah ini juga memberikan kita pelajaran geografis, karena kita kemah berada di alam luar, dan saya merasakan indahnya alam dan pentingnya mengenal alam. Selain pelajaran geografis, disini juga kami belajar tentang budaya, karena selama kemah sekolah juga menampilkan pentas seni P5 yang dilakukan oleh anak - anak kelas 10 dan anak SD. Saya menjadi paham tentang tarian-tarian dari setiap daerah yang ada di Indonesia. Dan selama kemah ini saya juga merasa anak-anak SD sampai SMP semua mandiri, mereka mau mencoba untuk memasak. Mereka semua mampu bekerja sama satu sama lain untuk tujuan bersama. Tapi kami sempat panik juga karena kami sempat kekurangan bumbu untuk memasak, tetapi untungnya ada adik-adik kelas yang membawa bumbu, akhirnya kami pun tenang dan lanjut memasak. Sebagian kami juga ada yang mandi dan setelah dua mandi dia akan makan, dan bagian dia adalah mencuci piring, jadi desa kami semua anggotanya bekerja. Setelah itu kami lanjut membuat gapura, disini pun kami sangat kompak karena kami bagi-bagi tugas, sebagian ada yang membuat gapura sebagian lagi ada yang membuat jemuran.
Saya merasakan kekeluargaan yang sangat besar di sini, semua anak-anak di desa sangat mandiri dan berani, mereka semua menunjukkan rasa kerja sama yang besar. Banyak anak-anak desa kami yang sangat sopan juga. Jadi saya sangat merasa senang di kemah 2 hari kemarin. Pengumuman terakhir pun kami menjadi juara desa terkompak, ini membuktikan bahwa desa kami memang bagus dan kompak. Saya sangat senang ketika mendengar desa saya juara. Saya mendapatkan banyak pengalaman di desa ini, saya harap semoga kemah selanjutnya dapat seru seperti kemah tahun ini. Saya sangat senang. Kemah tahun ini juga sangat sesuai dengan tema “Bernardus Day” yaitu “Kebhinekaan” . Dan pada saat jurit malam saya menjadi PJ di lantai dua, untuk menjaga lantai 2 dengan Panji. Selama di lantai dua kami melihat sangga-sangga yang ketakutan. Untungnya semua berjalan lancar dan semua baik-baik saja. Setelah itu di hari terakhir ada refleksi dan makan siang, setelah itu kami semua pun langsung pulang dan kembali ke rumah masing masing. Kebersamaan yang indah di kemah tahun ini.
By: Heber Glen Aleyeski Silitonga-XI IPS