“Bingung”.
Itulah yang saya rasakan ketika lulus dari SMP. Dalam hati kecil saya, rasanya ingin mencari sekolah lain, “Jangan di PL terus. Emangnya nggak bosan ketemunya orang yang itu-itu lagi?” Kira-kira begitulah yang saya pikirkan. Namun rasanya memang sudah kehendak Tuhan untuk saya kembali bersekolah di SMA PL Bernardus. Jujur saja, tidak ada perasaan takut atau cemas saat saya memulai aktivitas di SMA PL Bernardus. Mungkin karena saya merasa akan bertemu orang-orang yang sudah sangat familiar sehingga tidak ada rasa canggung bahkan tidak perlu waktu lama untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial di SMA.
Meski begitu, banyak hal berkesan yang saya rasakan selama di SMA yang tentunya tidak pernah saya dapatkan sebelumnya sekalipun di SMP. Teman-teman semua pastilah kaget begitu tahu bahwa angkatan saya berjumlah sangat sedikit. Sulit membayangkan Sekolah PL saat ini memiliki murid yang sedikit (Jangan dibandingkan dengan PL ketika baru berdiri, ya). Tapi begitulah yang terjadi pada angkatan saya yang hanya berjumlah 29 orang. Itupun mulanya kami hanya ber-28. Sempat ada beberapa siswa yang bergabung, namun tidak lama kemudian mereka keluar. Hingga akhirnya di tahun 2019, satu siswa bergabung dan bertahan hingga lulus. 29 siswa itu kemudian dibagi: 13 siswa jurusan IPA dan 16 siswa jurusan IPS.
Apakah sedih dengan jumlah siswa tersebut? Jujur saja sulit menjelaskan bagaimana rasanya hahaha. Dengan 12 teman dalam satu kelas tentu ada positif dan negatifnya. Positifnya ialah kondisi kelas yang cenderung kondusif serta semakin solid dengan teman yang lain. Negatifnya jelas saja kurang pergaulan (bukan dalam artian freak lho ya). Tapi beruntung kami angkatan 6 IPA sangat suportif dan solid, baik dalam belajar maupun dalam kegiatan non-akademik. Dengan hanya ber-12, ruang kelas rasanya menjadi rumah kedua karena setiap hari terasa nyaman, tidak berisik, dan ruangannya yang terasa luas.
Sekalipun saat kami harus mengikuti kelas online karena pandemi, komunikasi di antara kami tetap erat dan saling membantu setiap kali ada kesulitan dalam belajar. Tidak hanya lingkungan pergaulan, SMA PL juga memiliki guru-guru yang sangat kompeten di bidangnya. Guru-guru di SMA PL mampu hadir tidak hanya sebagai tutor, namun juga sebagai teman bagi semua siswa melalui sikap gaul dan bersahabat meskipun tidak menghilangkan sikap tegas.
Sistem kurikulum yang berjalan juga tidak menuntut, namun mendorong siswa untuk berprestasi baik akademik maupun non-akademik. Salah satu nilai lebih yang saya kira tidak terlalu dibiasakan di sekolah-sekolah lain adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang ditanamkan dalam diri siswa sejalan dengan spiritualitas Br. Bernardus Hoecken atau yang mungkin lebih dikenal sebagai 10 Keutamaan Pangudi Luhur. Pada akhirnya, saya tidak bisa menjabarkan satu per satu kenangan selama di SMA PL. Namun pada dasarnya, SMA PL bagi saya telah mampu hadir sebagai teman seperjalanan setiap orang di dalamnya. Memang perjalanan itu tidak selalu mulus dan memang saya akui naif rasanya jika berharap bahwa menjadi siswa SMA PL terasa mudah dan selalu menyenangkan. Namun kehadiran teman dan guru selalu mewarnai hari-hari sehingga setiap suka dan duka bisa dilalui bersama. Mereka mempunyai ciri khas yang unik, salah satu sosok guru yang sekarang sudah tidak ada lagi adalah Alm. Pak Emil yang jenaka, humoris, serta blak-blakan meninggalkan kenangan yang begitu kuat. Namun sahabat Hoecken, tidak perlu khawatir semua guru pasti punya metode masing-masing dalam melayani peserta didik.
Pada akhirnya, saya tidak bisa menyebutkan satu per satu kenangan selama di SMA PL. Namun pada dasarnya, SMA PL bagi saya telah mampu hadir sebagai teman seperjalanan setiap orang di dalamnya. Memang perjalanan itu tidak selalu mulus dan memang saya akui naif rasanya jika berharap bahwa menjadi siswa SMA PL terasa mudah dan selalu menyenangkan. Namun kehadiran teman dan guru selalu mewarnai hari-hari sehingga setiap suka dan duka bisa dilalui bersama.
Akhirnya izinkan saya mengutip pernyataan Alm. Pak Emil yang mungkin diingat oleh beberapa dari teman yang pernah diajar beliau terutama disaat masa pandemi.
“Berjaya di darat, berjaya di udara, tidak berjaya di lautan karena tidak bisa berenang”
Pernyataan yang lucu memang, namun saya kira pesan yang ingin disampaikan sangat jelas.
Setiap keluarga besar SMA PL Bernardus mesti berjaya dimanapun kita berada, baik guru, alumni, maupun siswa dengan mengharumkan nama almamater melalui karya dan bakti bagi masyarakat.
Michael Stephen Glenn Kanga
Angkatan 6 SMA Pangudi Luhur Bernardus Deltamas
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan, Program Studi Ilmu Hukum
Staf Laboratorium Hukum UNPAR